“Apa yang akan kamu lihat dua puluh tahun lagi?”. Kalimat yang bunyinya kira-kira seperti itu ditempelkan oleh Yandy, di dinding kamar kos-nya di Jalan Sangkuriang, Bandung, bulan Agustus 2004. Waktu itu kami baru diterima sebagai mahasiswa ITB. Saya memang sekosan dengan Yandy, dan juga dengan Oky. Kami semua berasal dari Jember, dan juga dari SMA yang sama, wajar jika kami bertiga memutuskan untuk mengontrak rumah bersama-sama. Setahun kemudian, kami pindah ke Jalan Cisitu Lama, dan Babol, adik kelas yang juga dari Jember ikut bergabung. Tulisan itu tetap dibawa Yandy ke kamarnya yang baru.
Tulisan itu cukup berkesan bagi saya. Setiap hari saya lewat kamar Yandy, lambat laun otak ini merekam kalimat retropeksi itu dengan baik. Baru-baru ini saya teringat kembali kalimat tersebut, dan saya pun menghitung. Sebentar lagi sudah bulan Agustus 2013, berarti sudah sembilan tahun sejak Yandy menempel kalimat itu, atau hampir separuh perjalanan dari dua puluh tahun.
Wow, waktu berjalan begitu cepatnya. Dulu, saya jelas tahu bahwa 20 tahun dari 2004 adalah tahun 2024, tetapi tidak pernah saya membayangkan separuh perjalanan itu akan secepat ini.
Saya jadi mengingat-ingat lagi, apa saja yang sudah dikerjakan selama sembilan tahun ini. Dulu saya punya mimpi menjadi pengusaha yang sukses atau akademisi yang berhasil, sekolah di luar negeri, kaya, membangun rumah tangga, membantu orang tua dan pendidikan adik, dsb. Apakah semua mimpi itu tercapai, apakah saya kemudian puas dalam menjalaninya.
Selama sembilan tahun ini kalau saya ingat-ingat kembali, seringkali saya terlalu sibuk dengan apa yang saya kerjakan sampai saya tidak sempat berpikir, apakah yang saya kerjakan ini memang yang saya inginkan, apakah ini worth it. Kadang kita terjebak dalam rutinitas padahal belum tahu apakah memang perlu hal itu kita jalankan. Kalau dipikir, inilah sebenarnya yang saya khawatirkan selama sembilan tahun ini, jangan-jangan apa yang selama ini saya kerjakan tidak benar.
Yah, tetapi kalau saya selalu ambil sisi positifnya. Selama kita sungguh-sungguh, insha Allah kemantapan hati itu akan muncul dengan sendirinya. Sama dengan mimpi-mimpi saya. Tentu ada mimpi saya yang tercapai dan ada yang tidak, tetapi semua itu harus tetap disyukuri, karena saya selalu yakin bahwa apapun keputusan dari-Nya, itulah yang terbaik, ini harus kita imani.
Pada akhirnya, dua puluh tahun itu ternyata tidak lama ya. Mungkin separuh perjalanan berikutnya juga akan terasa sekejap. Tetapi jelas, separuh yang pertama ini akan saya buat sebagai bahan evaluasi supaya separuh sisanya lebih baik. Aamiin.
Oiya, ini saya lampirkan dua foto yang menunjukkan perjalanan kami, paling tidak secara penampilan fisik. Dari tahun 2005 ke tahun 2012 dimana kami sempat ketemu secara agak lengkap.
Groningen, 18 Juli 2013, jam 21.31 CEST
September 3, 2013 at 8:01 pm
Tulisan ini cukup ‘menampar’ saya dan brpikir apakah 9 taun yg sy jalani ini sdh on the track sesuai mimpi saya?
*kbtulan kita brgkat dr kota,sma dan tahun yg sama ya bapak rully:),,dan pnya cita2 yg sama utk jd akademisi yg sukses.bedanya sy blm pd track yg benar 😦 :).
Thx for inspiring me
September 7, 2013 at 8:39 am
cepet ya khusnul 9 tahun itu. rasanya aku duduk di bangku belakangmu dan belajar buat spmb itu baru beberapa waktu yang lalu. aku sendiri pun masih terus mencari jawaban apa yang aku kerjakan selama ini itu yang paling benar. yah, tapi kalau kamu masih ada cita-cita untuk jadi akademisi, ya segera resign, hahaha.
January 26, 2014 at 10:04 am
dulu aing adalah orang yang ambisius. sempat mencari segala cara yang halal (bukan menghalalkan segala cara ya) untuk menggapai ambisiku. lambat laun, waktu demi waktu bercerita, bahwa semua yang ingin kugapai, semua yang kuanggap baik, tidak selamanya berakhir menyenangkan. benar kata orang, apa yang kita anggap baik, belum tentu menurutNya yang terbaik. dan apa yang kita anggap buruk, bisa jadi itulah kerikil untuk membuat kita tersandung (tidak sampai terjatuh) untuk bangkit lebih tegap lagi
finally, sama seperti yang ditulis oleh blogger ini, saya yakin, saya percaya, bahwa kita memang wayang, dalangnya sudah ada. dont worry about your future too much, because it’s my job. all you have to do is keep on trying and prayhard (God said). jadi apa yang akan kita lihat 2024? yang pasti sebuah nikmat dan barokahNya. aamiin
May 13, 2014 at 1:07 pm
aamiin. memang betul kata Anda bung “Ustadz” Oky.