Substansi

Ingin jadi wartawan, nyasar jadi guru


Leave a comment

Kinerja Transportasi Semenjana Tanggung Jawab Siapa

Kemacetan di Jakarta akibat ketiadaan infrastruktur transportasi umum yang handal. Sumber gambar: [9]

Kemacetan di Jakarta akibat ketiadaan infrastruktur transportasi umum yang handal. Sumber gambar: [9]

Sebagai warga Kota Bandung, keinginan untuk berangkat ke kantor di Jalan Ganesha dari rumah di Ciwastra, Bandung Timur secara cepat itu baru menjadi sebatas mimpi. Untuk disebut sebagai cita-cita pun masih terlalu jauh. Pasalnya, untuk menempuh jarak sekitar dua belas kilometer, dengan kendaraan pribadi saja perlu waktu minimal satu setengah jam. Itu juga jauh dari kata nyaman, harus berdesak-desakan dalam macet, dan juga panas, bagi yang tidak punya mobil. Apalagi kalau menggunakan kendaraan umum, bakal lebih tidak mengenakkan lagi.

Profil kota-kota lain juga kurang lebih sama. Ambil contoh Jakarta. Bukan hanya karena ibukota adalah tolok ukur bagi daerah-daerah lain, tugas kantor ke Jakarta yang bisa datang sebulan dua kali membuat saya cukup hafal dengan kota berhutan beton itu. Setiap orang umumnya tidak menyukai transportasi Jakarta, karena ketidakpastiannya yang tinggi. Pernah saya menempuh rute dari Pancoran ke Senayan selama dua jam. Sungguh waktu yang terbuang percuma untuk jarak tempuh kurang dari sepuluh kilometer.

Continue reading

Advertisement


Leave a comment

Tempat makan di (sekitar) ITB yang bikin kangen

1. Gerbang belakang ITB

Gerbang belakang ITB. Sumber: [1]

Walaupun pekerjaan saya tetap di ITB, tetap saja kok rasanya kangen dengan tempat-tempat makan sewaktu jadi mahasiswa dulu. Maklum, setelah jadi dosen, saya selalu makan siang bersama-sama kolega di laboratorium. Menunya sih enak-enak, yang paling sering adalah RM Padang Sederhana, Ayam Pringgodani, Tojoyo, Pecel Madiun Hariangbanga, dan Sate Maulana Yusuf. Lebih enak lagi karena gratis, soalnya dibayari pakai dana lab, hihihi. Eh, ini bukan berarti kami korupsi uang mahasiswa ya. Uangnya itu juga berasal dari kami sendiri. Setiap kali dapat proyek dari BUMN/Kementerian atau dana hibah dari DIKTI, sebagian uangnya disisihkan untuk lab. Tidak ada aturan tertulis tentang ini, tetapi setiap orang melakukannya dengan sadar dan taat. Tentu demi keberlangsungan lab.

Tetapi kadang bosen juga makan yang itu-itu terus. Rindu juga dengan makanan-makanan ala mahasiswa S-1 dan S-2 dulu tahun 2004 s/d 2011 yang murah, tidak sehat, tapi enak. Beberapa makanan itu diantaranya adalah sebagai berikut. Mohon dikoreksi jika ada yang salah, karena ingatan saya sudah mulai berkarat.

Di sekitar gerbang belakang ITB

Warung-warung yang ada di sebelah utara ITB, di pinggir jalan Tamansari. Sebagai mahasiswa Teknik Industri yang kampusnya ada di bagian belakang, saya cukup sering kemari. Sayang, terakhir ke ITB tahun lalu, gerbang belakang cukup mengenaskan kondisinya. Kabarnya warung-warung disana sempat mengalami penggusuran. Walaupun sekarang sudah dibangun kembali, gerbang belakang yang ditutup membuat mahasiswa agak malas berkunjung. Terlihat dari pengunjung  yang tampak sepi. Continue reading


Leave a comment

Kopi Aroma: Legenda Kopi dari Sejak Zaman Belanda

Jalan Banceuy 51, Bandung; Rp 20.000/250 gram; 022-4230473

Mokka arabika giling kasar dan halus.

Mokka arabika giling kasar dan halus.

Sehari sebelum keberangkatan ke Belanda saya disibukkan dengan kegiatan mencari barang-barang titipan teman-teman. Kami mahasiswa Indonesia di Groningen akan mengadakan acara promosi budaya Indonesia. Salah satu yang ingin dikenalkan ke masyarakat Eropa adalah kopi asli Indonesia. Untuk yang satu ini, teman-teman merekomendasikan Kopi Aroma di Bandung. Tempat ini sudah melegenda di Kota Kembang.Tempatnya bukanlah sebuah cafémodern, tetapi merupakan sebuah toko yang menjual kopi baik bubuk maupun bijinya.

Continue reading


Leave a comment

Sarapan Pagi di Simpang Dago: Ketupat Sayur Padang Uda Pero

Jalan Ir. H. Juanda, dekat Simpang Pasar Dago; Rp 8.000–12.000/porsi; 085222935743

Ketupat sayur padang dengan sayur nangka

Ketupat sayur padang dengan sayur nangka

Pengalaman selama delapan tahun tinggal di Cisitu membuat saya sangat hafal seluk-beluk kawasan sekitar situ, tidak terkecuali kulinernya. Salah satu kuliner yang terekam baik di memori adalah Ketupat Sayur Padang Uda Pero. Maka, begitu waktu itu ada kesempatan saya langsung menuju ke lokasi. Untuk mencapai tujuan, patokan paling gampang adalah Pasar Simpang Dago. Untuk menuju Pasar Simpang Dago Anda bisa memakai angkot Kalapa-Dago, Stasiun-Dago, atau Riung Bandung-Dago. Dari lampu merah simpang mengarahlah ke atas dan lokasi ada di sisi kiri jalan di deretan los penjual makanan. Continue reading


Leave a comment

Nasi Timbel Bawean: Timbelnya Urang Bandung

Jalan Bawean Pav 3, Bandung; Rp. 15.000 – 30.000/porsi; 022-4211167, 081321252222

nasi merah, ayam goreng, pepes usus, pepes peda, jerohan ayam goreng

nasi merah, ayam goreng, pepes usus, pepes peda, jerohan ayam goreng

Pagi hari itu sekitar jam 10 saya dan Mas Iis baru saja selesai medical check-up. Prosedur medcheck mengharuskan kami puasa sejak pukul 22 semalam sebelumnya. Jadilah kami berdua merasa sangat lapar. Setelah berunding, akhirnya diputuskan untuk makan di Nasi Timbel Bawean.

Untuk menuju kesini, ancer-ancernya adalah perempatan Heritage Factory Outlet di persimpangan Jalan Banda dan Jalan Riau. Mengarahlah ke arah Kantor Pos di seberang dan lurus sampai bertemu lampu merah. Setelah lampu merah terdapat pertigaan dan beloklah ke kiri. Itulah Jalan Bawean. Nasi Timbel Bawean terletak di sisi kiri jalan. Continue reading


Leave a comment

Angkringan Mas Jo: Tenang dan Sederhana

Jalan Gelap Nyawang, Bandung; Rp 8.000–12.000/porsi

Kopi hitam dan milo hangat.

Kopi hitam dan milo hangat.

Setelah sebelumnya membahas mengenai Angkringan Magelang, kali ini saya akan membahas mengenai angkringan lain yang ada di Bandung, kebetulan letak kedua angkringan ini tidak begitu jauh satu sama lain. Malam itu saya baru sampai rumah setelah Diklat Prajabatan selesai. Besoknya pagi-pagi sekali saya harus medical check up di RSHS dan untuk melakukan hal ini ada surat dari kampus yang harus saya bawa. Saya menitipkan surat itu di Akbar dan kami janjian di depan kampus ITB. Setelah surat didapatkan, diri ini rasanya malas kalau harus langsung kembali ke rumah di Ciwastra yang agak jauh dari ITB. Jadilah saya mengajak Akbar untuk ngopi, dan pilihan pun jatuh ke Angkringan Mas Jo.

Continue reading


Leave a comment

Sate Serasi Padang enak di Dipati Ukur Bandung

Jalan Dipati Ukur, sebelah terminal bis DAMRI, Unpad, Bandung; Rp 15.000 – 20.000; 081322425965

Sate padang.

Sate padang.

Sebagian orang Jawa tidak menyukai sate padang, karena rasanya yang “aneh” dan bumbu kental yang menurut mereka tidak menarik. Menurut saya ini cukup disayangkan karena dengan membatasi diri maka kita akan kurang bisa merasakan keberagaman kuliner Nusantara. Saya pun awalnya begitu, dulu saja sudah punya prejudice yang kurang baik terhadap sate padang. Namun, setelah beberapa kali mencoba, ternyata justru saya jatuh cinta dengan sate dari Sumatera Barat ini. Continue reading


Leave a comment

Angkringan Magelang Bandung: Untuk Nyaman Tidak Harus Mahal

Jalan Ganesha, depan Kampus ITB, Bandung; Rp 10.000–15.000

Aneka macam sate dan gorengan

Aneka macam sate dan gorengan

Bagi warga Jawa Timur yang merantau ke Bandung, salah satu hal yang dirindukan adalah budaya cangkru’an(nongkrong). Orang Jawa Timur pada umumnya suka cangkruk di warung kopi pinggir jalan. Menghabiskan segelas kopi dan beberapa gorengan sambil ngobrol ngalor-ngidul selama berjam-jam. Meskipun di Bandung terdapat banyak warung kopi, entah kenapa menurut saya teman-teman dari Jatim nuansanya tetap kurang homy. Continue reading


Leave a comment

Ayam Bakar Padang Talago Biru II Favorit Mahasiswa

Jalan Kidang Pananjung, dekat PDAM Dago, Bandung; Rp 12.000–15.000/porsi

Ayam yang sedang dibakar di atas bara api.

Ayam yang sedang dibakar di atas bara api.

Saya sangat terlambat mengenal kuliner yang satu ini. Saya baru mencoba makan disini pada saat awal kuliah magister tahun 2009. Waktu itu saya diajak oleh teman kosan, Babol. Sejak saat itu saya langsung merasa cocok dengan cita rasa dari warung yang sederhana ini.

Warung ini bernama Talago Biru II. Indeks “II” karena warung yang pertama ada di Jalan Tamansari, Bandung, dekat dengan Jalan Gelap Nyawang. Tetapi saya lebih suka makan di warung yang kedua. Ada beberapa alasan. Pertama tentu lebih dekat dengan kosan saya waktu itu di Cisitu Lama. Kedua rasanya menurut saya sama saja dengan warung yang pertama, dan terakhir di warung yang ini tempatnya tenda, sedikit agak lega dibandingkan dengan warung pertama yang hanya berupa bangunan kotak kecil.

Continue reading


Leave a comment

Bebek Ali Borme: Rasa Tidak Pernah Bohong

Jalan Hasanudin, Samping Rumah Sakit Borromeus, Bandung; Rp 18.000–20.000/porsi

Bebek goreng dan sambal terasi

Bebek goreng dan sambal terasi

Kuliah di Bandung benar-benar membuka mata saya akan keragaman kuliner. Sebagai anak udik dari Jember, sebelumnya saya tidak terlalu terbiasa dengan bebek goreng. Begitu datang ke Bandung, teman-teman mengajak ke warung Bebek Ali Borme, dan sejak saat itu saya langsung jatuh cinta dengan cita rasanya.

Warung Bebek Ali Borme letaknya sangat dekat dari ITB. Anda bisa naik angkot Kalapa-Dago ke arah Dago, dan mintalah untuk diturunkan di Rumah Sakit Borromeus, di depan pertigaan dengan Jalan Ganesha. Dari situ berjalanlah sedikit di sisi rumah sakit, Jalan Hasanudin. Anda akan menemui warung kaki lima yang ramai di sisi kanan jalan. Continue reading