Substansi

Ingin jadi wartawan, nyasar jadi guru


Leave a comment

Tugas dosen

Ujian di kelas

Mahasiswa kelas PTI B angkatan 2016 sedang mengikuti ujian tengah semester

Kejujuran dalam bekerja diawali dari kejujuran saat menjadi mahasiswa. Kalau masih muda sudah suka menyontek, tidak heran nanti kalau sudah berkarir gemar korupsi. Saya selalu bilang ke mahasiswa bahwa bodoh itu apa-apa, sedangkan bohong tidak boleh sama sekali.

Nilai C, D, E di transkrip, 10 tahun lagi tidak akan ada yang mempermasalahkan. Dapat straight A pun tidak selamanya dikenang orang. Namun kalau gemar menyontek, imej itu akan melekat, dan akan menjadi kebiasaan buruk seumur hidup.

Indonesia tidak kekurangan orang-orang pintar. Kita perlu insan yang jujur. Pinjam motto dari sekolahnya istri: knowledge is power, but character is more.

Continue reading

Advertisement


2 Comments

Kapan sebaiknya lanjut S-2/S-3?

“Apakah setelah lulus S-1 sebaiknya saya bekerja dulu atau lanjut kuliah S-2?”

“Kapan waktu yang paling baik untuk kuliah lagi?”

“Apakah saya perlu untuk kuliah sampai S-3?”

Saya cukup sering menerima pertanyaan semacam ini. Biasanya dari teman, junior waktu kuliah, maupun mahasiswa. Saya yakin tidak ada jawaban yang baku, karena perbedaan kondisi setiap orang bisa amat beragam. Tetapi, saya selalu berusaha menjawab dengan rule of thumb yang saya bikin sendiri. Untuk menemukan jawabannya, Anda harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

Q1: Apakah berencana untuk jadi dosen/peneliti?

Jika sudah yakin ingin berkarir menjadi dosen atau peneliti (researcher), sebaiknya Anda segera sekolah lagi begitu lulus S-1. Tidak hanya lanjut S-2. Niatkan dalam hati untuk langsung meneruskan ke jenjang S-3 begitu dapat gelar magister. Untuk menjadi seorang dosen atau peneliti, Anda harus memiliki kemampuan untuk melakukan riset independen. Kemampuan itu didapatkan dari pendidikan doktoral.

Jika Anda menjawab tidak, lanjut ke pertanyaan kedua. Continue reading


6 Comments

Serba-Serbi Jurusan Teknik Industri

Life at the Nano Technology Factory

Sumber: http://www.jantoo.com/cartoon/68138688, diakses 12 Maret 2016.

Teknik Industri (TI) adalah salah satu jurusan kuliah yang paling diminati siswa SMA di Indonesia. Waktu lulus SPMB (sekarang SBMPTN) tahun 2004, kabarnya passing grade jurusan TI ITB ketika itu sekitar 55-57%. Lebih dari satu dekade kemudian, saat saya sudah menjadi dosen di tempat yang sama, dimana mahasiswa baru diterima di fakultas dulu baru kemudian dijuruskan di semester 3, Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB tetap memiliki passing grade yang tinggi.

Di perguruan-perguruan tinggi yang lain, fenomenanya kurang lebih sama. Biasanya syarat masuk TI hanya kalah tinggi dari Kedokteran, Teknik Informatika, Teknik Elektro, atau Teknik Kimia.

Banyaknya peminat TI kadang tidak diimbangi dengan informasi yang memadai. Hal ini mungkin disebabkan karena TI yang agak “berbeda” dengan jurusan teknik yang lain. Continue reading


1 Comment

Analisis penghasilan lulusan ITB (baca secara menyeluruh)

Saya sama sekali tidak mengira bahwa tulisan tentang “Gaji lulusan ITB“, sampai dengan saat ini telah dibaca sampai lebih dari 19.000 kali dalam waktu kurang dari seminggu. Banyak yang mendiskusikan. Banyak juga terdapat pertanyaan. Hal ini membuat saya merasa perlu untuk membuat lanjutan tulisannya supaya sebiasa mungkin tidak ada yang salah paham. Sebelumnya, saya mohon pembaca untuk membaca tulisan ini secara hati-hati, detail dan menyeluruh. Jangan hanya membaca secara sepotong-sepotong. Supaya kelak tidak muncul pertanyaan-pertanyaan yang tidak diperlukan. Continue reading


8 Comments

Mengapa kuliah di luar negeri?

Sudah hampir dua tahun ini saya ada di Groningen, Belanda. Sejak bulan Desember 2012, saya ada di negeri yang dingin ini untuk menempuh pendidikan S-3. Tentu saya tidak membayar sendiri untuk pendidikan ini, orang tua saya juga tidak mungkin membiayai. Lha wong jika selesai sesuai rencana (4 tahun), biaya yang dihabiskan selama studi di Belanda minimal sebesar 1 miliar rupiah. Tidak mungkin saya maupun orang tua mempunyai uang nganggur sebesar itu, hehehe. Continue reading


Leave a comment

Mudik Bareng Bandung-Jember, Kenangan Tak Terlupakan

teman-teman KMJB di kereta waktu mudik bareng tahun 2005

teman-teman KMJB di kereta waktu mudik bareng tahun 2005

Beberapa waktu ini di grup Facebook Keluarga Mahasiswa Jember di Bandung (KMJB) cukup ramai dibahas soal mudik bareng. Mulai dari tiket kereta yang sudah dijual, pengurus KMJB yang kurang inisiatif untuk mengkoordinasi pembelian tiket, dll. Keramaian ini jadi mengingatkan saya akan fenomena yang dulu saya alami sendiri sewaktu menjadi mahasiswa S-1. Continue reading


4 Comments

Apa yang akan kamu lihat dua puluh tahun lagi?

“Apa yang akan kamu lihat dua puluh tahun lagi?”. Kalimat yang bunyinya kira-kira seperti itu ditempelkan oleh Yandy, di dinding kamar kos-nya di Jalan Sangkuriang, Bandung, bulan Agustus 2004. Waktu itu kami baru diterima sebagai mahasiswa ITB. Saya memang sekosan dengan Yandy, dan juga dengan Oky. Kami semua berasal dari Jember, dan juga dari SMA yang sama, wajar jika kami bertiga memutuskan untuk mengontrak rumah bersama-sama. Setahun kemudian, kami pindah ke Jalan Cisitu Lama, dan Babol, adik kelas yang juga dari Jember ikut bergabung. Tulisan itu tetap dibawa Yandy ke kamarnya yang baru.

Jomblo kos tahun 2005. Dari kiri ke kanan: Yandy, Rully, Babol, Oky

Jomblo kos tahun 2005. Dari kiri ke kanan: Yandy, Rully, Babol, Oky

Continue reading


5 Comments

Kiat-Kiat Belajar Bahasa Inggris dengan Baik-Bagian Kedua (Berdasarkan Pengalaman Pribadi)

Ditulis di Bandung, 30 Maret 2011

(sambungan) Setelah kemampuan listening dan reading mencukupi, sebenarnya itu sudah bagus karena berarti Anda sudah bisa berbahasa Inggris secara pasif, selanjutnya adalah bagaimana bisa berbahasa secara aktif yang dalam hal ini diwakili oleh kemampuan writing dan speaking. Writing saya tidak menyiapkan secara khusus. Tetapi kebetulan selama 3 bulan sebelum tes IBT saya menulis paper penelitian yang akan dimajukan ke konferensi internasional. Sangat terasa kemudahan dalam menulis setelah saya membekali diri dengan kemampuan structure. Penulisan jauh lebih lancar dan cepat dari sebelumnya meskipun ketepatan kosakata dan idiom saya masih terkendala. Tetapi hal ini dapat dimengerti karena pertama, menulis teks akademik sama sekali berbeda dengan menulis blog dan yang kedua, memang kosakata bahasa Inggris sebanyak 600.000 kata, enam kali lebih banyak dibandingkan dengan kosakata bahasa Indonesia. Continue reading


Leave a comment

Kiat-Kiat Belajar Bahasa Inggris dengan Baik-Bagian Pertama (Berdasarkan Pengalaman Pribadi)

Ditulis di Bandung, 27 Maret 2011

Kira-kira sebulan yang lalu nilai TOEFL IBT (internet based test) saya keluar. Alhamdulillah skornya 104 (dari maksimum 120). Nilai 104 jika dikonversikan ke TOEFL PBT (paper based test) setara dengan 613 (dari maksimum 677). Dari kemungkinan nilai maksimum setiap section adalah 30, saya mendapatkan skor 28 untuk reading, 29 untuk listening, 22 untuk speaking dan 25 untuk writing. Saya coba bagi pengalaman saya kepada pembaca dan karena panjang, teks ini dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama utamanya menjelaskan latar belakang, listening dan reading sedangkan writing, speaking dan kiat-kiat umum dibahas di bagian kedua.

Continue reading