Substansi

Ingin jadi wartawan, nyasar jadi guru

Salero Minang: Restoran Padang di Belanda

Leave a comment

Prins Hendrikstraat 150 A, 2518 HX, The Hague, Belanda; http://www.salerominang.nl; 7-10 Euro/porsi

Sate padang.

Sate padang.

Menuruti selera ngidam istri yang sedang hamil di Belanda menimbulkan kerepotan tersendiri. Ngidam makanan Indonesia berarti harus ada usaha lebih, tentu karena kuliner tanah air jumlahnya terbatas di negeri kincir angin. Waktu itu Intan ngidam sate padang. Terus terang ini membuat saya cukup bingung, karena saya tidak bisa membuatnya. Untungnya, setelah bertanya sana-sini, seorang teman memberitahu bahwa ada restoran Indonesia di Den Haag yang menjual sate padang, namanya Salero Minang.

Saya pun menyusun rencana, sebaiknya ke Salero Minang dibarengkan dengan waktu liburan ke Italia. Pertama tentu masalah waktu, Groningen-Den Haag adalah sejauh 2,5 jam naik kereta. Tentu malas kalau ke Den Haag cuma untuk makan sate padang. Kedua, masalah biaya. Maka kami menetapkan waktunya pada tanggal 14 Agustus 2014. Pada hari yang sama kami menuju ke Eindhoven karena besok paginya harus naik pesawat ke Bergamo, Italia. Rute ini bisa diakomodasi oleh dagkaart. Jadi biayanya optimal. Maklum mahasiswa, jadi harus pandai-pandai atur strategi, hehe.

Restorannya bersih dan rapi.

Restorannya bersih dan rapi.

Sebelum kesana saya mengirim e-mail terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa menu yang diinginkan tersedia waktu kami datang. Ternyata, pemilik restoran langsung menelepon saya dan bilang kalau sate padangnya tersedia pada hari kedatangan kami. Saya terkesan dengan respon mereka yang cepat.

Setelah tiba di Den Haag Centraal Station, lokasi dapat dicapai dengan naik tram nomor 3 ke arah Fahrenheitstraat. Perjalanan ditempuh dalam waktu 10 menit dan turunlah di halte Van Speijkstraat. Lokasi yang dituju ada di sisi kanan belakang kita. Carilah nomor 150 A dan Anda akan menemui restoran seperti di gambar.

estoran terdiri dari empat meja yang bisa menampung kira-kira 20 orang. Tempatnya bersih dan nyaman. Kami disambut oleh seorang Ibu dan saya menyebutkan menu pesanan kami, seporsi sate padang dan seporsi menu kompleet yang sedang diskon. Untuk menu kompleet saya bisa memilih satu jenis vlees (daging sapi) atau kip (ayam). Ada beberapa alternatif, rendang, ayam balado, ayam semur, dll. Karena dua yang pertama yang biasa bikin sendiri di rumah, saya memilih ayam bali.

Menu prasmanan.

Menu prasmanan.

Sambil menunggu pesanan datang, saya melihat-lihat menu prasmanan. Kebanyakan tidak eksklusif kuliner minangkabau. Misalnya ada kering tempe, sayur buncis, oseng-oseng. Meskipun ada juga menu yang asli padang seperti terong balado dan ayam pop. Saya cross check dengan daftar menu memang menu yang disajikan cukup beragam dari daerah di Indonesia. Belakang Ibu pemilik restoran bilang bahwa menu-menu tersebut untuk mengakomodasi selera orang Belanda yang agak berbeda dengan lidah orang Indonesia.

Setelah menunggu 20 menitan pesanan kami pun datang. Kami segera menyantapnya. Sate padangnya seperti di gambar paling atas di artikel ini. Rasa satenya lezat, mirip dengan sate padang yang di Indonesia. Bahkan menurut saya lebih enak, karena lebih pedas. Satenya memang cuma dapat tiga tusuk, tetapi ukurannya besar. Sedangkan untuk menu kompleet, terdiri dari nasi, ayam bali, tumis tauge dan ayam bali. Menu ini sebenarnya tidak “padang”. Bahkan tidak ada kuah kuning seperti umumnya kalau kita makan di restoran padang di Indonesia. Sepertinya menu inilah yang disesuaikan dengan lidah orang Belanda. Namun rasanya tetap nikmat. Dagingnya sangat lembut dengan bumbu yang meresap.

Menu kompleet.

Menu kompleet.

Setelah menghabiskan pesanan, kami memesan seporsi kecil gado-gado yang ternyata isinya tauge, buncis, kubis, dan wortel yang disiram dengan kuah kacang. Gado-gadonya manis, tidak pedas. Uniknya, sebelum disajikan gado-gado dihangatkan dalam microwave terlebih dahulu. Sepertinya ini juga mengikuti tradisi Belanda. Sambil makan gado-gado kami berbincang-bincang dengan Ibu pemilik restoran. Beliau asli Minangkabau dan sudah 16 tahun di Belanda, dan meminta untuk memberitahu teman-teman kami soal restorannya.

Sewaktu membayar, kami disodori harga 15,50 Euro. Untuk ukuran Belanda, harga segini untuk tiga porsi makanan adalah murah. Tetapi jangan dikonversikan ke Rupiah, karena akan membuat dahi Anda berkerut, hehe. Yah, kami puas makan disini dan bisa menuju Eindhoven dengan perut yang kenyang.

Den Haag, 14 Agustus 2014

Advertisement

Author: Rully Cahyono

Pengajar yang terus belajar

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s