Kalau Ki Hajar Dewantara bangkit dari kuburnya
Mungkin beliau akan sangat bahagia
Karena pendidikan Indonesia sudah maju sedemikian pesatnya
Dibandingkan masa Budi Utomo dan Indische Partij
Kalau Ki Hajar Dewantara bangkit dari kuburnya
Mungkin beliau juga akan sangat bersyukur
Melihat siswa sekolah sudah bisa berseragam dan bersepatu
Tidak perlu lagi memakai baju karung goni dengan kaki bercakar ayam
Melihat siswa sekolah sudah mampu membeli buku
Tidak perlu lagi menghapus catatan di batu tulis tiap kali ganti pelajaran
Tetapi kalau Ki Hajar Dewantara bangkit dari kuburnya
Dan beliau diserahi amanat lagi untuk menjadi Menteri Pendidikan
Niscaya beliau akan segera menyadari
Keindahan dan kemajuan pendidikan hanya bisa dinikmati di permukaan
Saat diselami ke dasar maka cuma tersisa buih yang tidak ada artinya
Sekarang kalau Ki Hajar Dewantara bangkit dari kuburnya
Dan beliau meninjau sekolah-sekolah dan kampus-kampus
Entah perasaan apa yang berkecamuk di hatinya
Yang seharusnya melihat manusia dididik untuk menjadi manusia seutuhnya
Dididik untuk menjadi ksatria berhati baja dengan sikap seteguh batu karang
Tetapi sekarang baik yang mendidik maupun yang dididik
Sudah terlalu jauh meninggalkan pakem kekestariaan
Teguh, jujur, rendah hati, berjuang sampai mati
Tidak ada sikap ksatria dalam diri manusia
Yang ingin mencapai langit tetapi dengan usaha cuma sekejapan mata
Tidak ada sikap ksatria dalam diri manusia
Yang mengajarkan anak didiknya untuk berbuat curang
Hanya untuk memperoleh reputasi palsu bagi dirinya sendiri
Sekarang kalau Ki Hajar Dewantara bangkit dari kuburnya
Entah marah, sedih, atau kecewa yang dirasakannya
Melihat sikap pembesar-pembesar hasil pendidikan
Juga setali tiga uang
Pembesar-pembesar yang seharusnya menunjukkan kemuliaan hasil pendidikan
Pembesar-pembesar yang seharusnya bersikap brahmana dan sudra sekaligus
Bersikap Ing Ngarso Sung Tulodo
Memberikan teladan dan sekaligus melayani rakyat
Tetapi sang pembesar-pembesar tidak lebih dari sekedar
Anak-anak kecil yang berumur 40, 50, dan 60 tahun
Dan sekarang kalau Ki Hajar Dewantara bangkit dari kuburnya
Mungkin beliau akan bertanya kepada dirinya sendiri
“Apakah tidak sia-sia aku dulu menanggalkan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat?”
“Demi sebuah kerja yang ditebus dengan darah, keringat, dan air mata?”
“Tetapi sekarang cuma begini macam hasilnya?”
Dan selanjutnya beliau akan menangis menggerung-gerung
Mungkin memilih untuk kembali masuk ke kuburnya
Dengan hati yang hancur dan remuk redam
Meratapi kerja keras yang hasilnya tidak seindah yang diimpikan
May 6, 2009 at 12:38 pm
apa lo sedang menghadapi situasi sulit rul dalam perjalanan lo menjadi pendidik?
Semangat Rully!!
May 11, 2009 at 10:36 am
“kaki bercakar ayam” ambigu rul, pake nyeker aja. ntar disangka mutan lagi
May 13, 2009 at 2:39 pm
nice one. i read it like couple times, n still love to read it over n over. knp y? it just perfectly same with every single things that mingled yarn inside my brain. . .
May 22, 2009 at 8:59 pm
rul, gue sampai merinding deh bacanya. *merinding disko.
Tidak ada sikap ksatria dalam diri manusia
Yang ingin mencapai langit tetapi dengan usaha cuma sekejapan mata — love it!
June 8, 2009 at 8:37 am
@atiek, nida, batari: thx.
ya, gw memang agak miris sama pendidikan di indonesia, hmm, kacau balau, baik yg dididik, yg mendidik, atau hasil pendidikan itu sendiri.